Tuesday, January 15, 2008

Kisah dari Negeri Jiran (1)

Hampir dua tahun tinggal di negeri jiran, apalagi dalam kondisi perang dingin tidak resmi antar kedua negara, sejujurnya kadang menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi saya.

Apalagi, saya tinggal di sebuah kota kecil yang bukan tujuan wisata, yang otomatis relatif jarang menerima kedatangan wisatawan, membuat penduduk lokal relatif jarang berinteraksi dengan orang luar. Jangan ditanya soal keramah-tamahan, yang namanya sopan santunpun sangat sulit ditemukan di sini.

Beberapa kali, di awal-awal kedatangan saya di sini, sampai merinding-rinding rasanya ketika berbicara dengan penduduk lokal (yang kurang terpelajar, tentunya). Bayangkan, ketika saya datang ke sebuah supermarket (yang kebetulan lokasinya paling dekat dengan rumah), sang pelayan supermarket menjawab pertanyaan saya tentang letak suatu barang dengan menunjuk menggunakan 'KAKI'!
Merinding saya menahan tersinggung, tapi saya sadar, saya berada di negeri asing, biar bentuk wajah kita nggak jauh beda, adat istiadat belum tentu sama.
Bukankah ada pepatah 'Lain Lubuk Lain Ikannya' :-)

Semakin hari, awalnya saya semakin terkaget-kaget.
Maklum bahasa lokal yang mirip tapi beda dengan bahasa ibu saya (alias Indonesia) seringkali membuat beberapa kesalahpahaman. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, kata 'kamu' meskipun semua semua orang paham artinya, tapi relatif jarang digunakan kepada orang yang kita hargai.

Bayangkan bagaimana kagetnya anda, ketika seorang kasir supermarket yang lebih muda dari anda tiba-tiba memanggil
"Hai kamu! kamu! iya, kamu! bayar di sini saja!"
Maaaakkk....! gondokknya!!!!

Selama ini, dalam bahasa Indonesia, setidaknya wanita seusia saya akan disapa secara sopan dengan sebutan 'Bu' atau 'mbak'...
Tapi di sini, ternyata tidak berlaku ucapan-ucapan penghormatan seperti itu...
Saya harus pasrah menerima kenyataan dipanggil kamu oleh supir taksi, tukang jualan buah, tukang jualan ikan... yah... lagi lagi... Lain Lubuk Lain Ikannya, Lain Padang Lain Belalang!

Satu lagi yang paling mengganggu (dan yang satu ini memang tidak termaafkan), adalah kalau saya disapa dengan pertanyaan:
"Kamu Indon, kah???" biasanya yang bertanya sekaligus memasang mimik mendelik merendahkan.

Biasanya saya akan jawab dengan ketus, "Bukan, saya bukan Indon! Saya orang INDONESIA." dengan penekanan intonasi di ujung kata NESIA. "Indon itu tidak ada! Saya tidak tau apa itu Indon!"

Jangan ditanya berapa ratus kali dalam kurun waktu ini 2 tahun ini saya disapa dengan pertanyaan itu. Tapi setelah saya analisa, para pemberi pertanyaan itu rata-rata adalah tukang jualan di pasar, tukang potong rumput, pelayan kedai nasi lemak, dll. Hmmm... dapat saya benang merahnya...
Mereka memang bukan orang-orang terpelajar! maklumlah pemahamannya agak cekak sedikit... buat apa dilawan, bikin capek hati sendiri.

Beruntung suami saya, juga kedua anak saya, yang tidak perlu mendapat pertanyaan konyol seperti itu, karena suami dan anak saya bersosialisasi di lingkungan kantor dan sekolah yang otomatis well educated, jadi orang-orangnya jelas tau, apa itu INDONESIA.

Tidak seperti saya, seorang ibu rumah tangga, yang pergaulannya mau-nggak mau, nggak akan jauh-jauh dari pasar, supermarket, tukang sayur, tukang buah tukang ayam, tukang ikan... hehehehe....
Awal-awal saya nggak habis pikir, ada apa sih dengan kata 'Indon' kenapa mereka mesti mengucapkannya dengan intonasi menghina dan mimik merendahkan???
Oho... dalam waktu beberapa saat, saya dapatkan jawabannya...
Indon ternyata identik dengan "TKI" alias pekerja Indonesia.
Apa salahnya dengan pekerja Indonesia?
Ternyata sebagian mereka (orang-orang tidak terpelajar di sini) seolah memiliki trauma akan keberadaan TKI, karena dulu (entah sekarang) banyak yang masuk secara ilegal. Dan TKI Indonesia, memang sejujurnya rela dibayar lebih murah dan berkenan ditempatkan di sektor apapun, sehingga golongan pekerja lokal yang menuntut bayaran lebih tinggi merasa tersisihkan...
Oooo... itu, toh pointnya! Ngobrol dong ah...!!! :-D

Sayangnya gara-gara itu, mereka menganggap semua orang Indonesia adalah TKI. Kebetulan, keluarga saya, termasuk 2 keluarga lainnya, bisa dibilang pioneer profesional expat dari Indonesia yang ditempatkan di sini. Jadi mereka kira kami adalah TKI, yang bisa jadi ilegal juga... hahahaha.... yaaahh.... nasib yah nasiiib... inilah bangsaku di mata mereka...

Gak jarang lhooo... saya ditanya...
"Kamu Indon, lewat Ejen (=agen-red) mana? kerja ape sini? kedai kah atau kerja rumah? kamu ada paspor ke?"

Wadooow.... maaaakk.... segitunya....

Tapi yah.... lama-lama semua menjadi biasa...
Apalagi, pelan-pelan saya tau, selahnya.
Ada kata kunci sakti yang saya temukan, untuk membuat para relasi saya (maksudnya para pasar-er, supermarketer n tukang-tukanger) itu berbalik menjadi manis kepada saya!
Apa kata kuncinya???

Tak lain dan tak bukan adalah... "JAKARTA!!!" Lhooo... kok Jakarta, sih???
Iya, karena Jakarta bagi mereka tidak identik dengan TKI, melainkan identik dengan pemain sinetron!!! yang kaya, cantik-cantik ganteng-ganteng, keren dan glamour!! hahaha...

Jadi begitu saya bilang saya dari Jakarta, mereka langsung bersikap manis... dan ujung-ujungnya saya dititipi pesan...
"Bila kamu nak balek Jakarta? Boleh titip salam buat Agnes Monica?"
atau pernah juga..
"Kamu benar-benar orang Jakarta?? Oh... pantas tadi saya dengar kamu cakap macam Malin Kundang!" *sambil menatap kagum* "Kamu benar-benar Malin Kundang!!!"

Buset daaah... Malin Kundang! emangnya gue anak durhaka!!!??? hahaha ternyata, saudara-saudara, cakap macam Malin Kundang itu maksudnya ngomong pake kata 'ELU - GUE' kayak orang-orang di sinetron... hehehe kebetulan ybs baru mencuri dengar obrolan saya di telepon dengan seorang teman... yang memang menggunakan istilah istilah gaul Jakarta yang populer di sinetron itu.

Hahahahaha.... *gubraaakkk...*

Yang paling sering, malah saya dituduh...
Penuduh : "Kamu orang Jakarta? eng... Kamu yang suka main sinetron itu ya... ngg...." *sambil tersenyum senyum kagum*
Saya : "Ha??? Sinetron? Sinetron apaan??? Siapa?" *bengong abis*
Penuduh : "Ituuu... sinetron... 'DIA'... kamu Lulu Tobing, kan???"

Bwahahahahahaha....

Suami saya dooong langsung ganti nyengir mengejek... "Deu... Lulu Tobing nih yeee...."
Wakakak... sirik kali ya dia... hahaha...


Moral of the story : Saya orang Jakarta, bang... bukan Indon...

1 comment:

Maya said...

hwehehehe tinggal disana harus sabar ya mba :D